Rabu, 01 Februari 2017

RIWAYAT PENEMUAN MAKAM SAYYID YUSUF TALANGO (BAGIAN 2)



BAGIAN KEDUA

SILSILAH SAYYID YUSUF DAN HAUL

A.  Silsilah Sayyid Yusuf
   Sayyid Yusuf masih mempunyai nasab mulia keatasnya yaitu sampai ke Rasulullah SAW. Sebagaimana berikut dibawah ini :
1.   Nabi Muhammad SAW
2.   Sayyidah Fatimatuz Zahra’ + Sayyidina Ali Krm wjh.
3.   Sayyidina Hasan As-Sibthi -berputra,
4.   Sayyidina Hasan Al-Mutsanna -berputra,
5.   Imam Abdullah Al-Kamil -berputra,
6.   Musa Al-Jun -berputra,
7.   Abdul Karim – berputra,
8.   Musa – berputra,
9.   Imam Muhammad At-Taa’ir –berputra,
10.   Abdullah – berputra,
11.   Ali – berputra,
12.   Sulaiman – berputra,
13.   Al-Hasan – berputra,
14.   ’Isa – berputra,
15.   Abdul Karim – berputra,
16.   Mutho’az – berputra,
17.   Idris  – berputra,
18.   Qotadah  – berputra,
19.   Muhammad – berputra,
20.   Athifah – berputra,
21.   Muhammad Abi Dzabih – berputra,
22.   Abi Nami – berputra,
23.   Al-Hasan  – berputra,
24.   Ali   – berputra,
25.   Zubair – berputra,
26.   Ahmad Angkowi (laqob) – berputra,
27.   Muhammad  – berputra,
28.   Abdul Aziz– berputra,
29.   Jaarullaah – berputra,
30.   Abdullah – berputra,
31.   Ali – berputra,
32.   Maulana Al-Habib Yusuf (Sayyid Yusuf)
     Jika silsilah diatas di runut mulai dari Sayyidina Al-Hasan As-Sibthi, maka sayyid Yusuf keturunan yang ke 30. Dan  silsilah ini di tulis oleh Al-Habib salim bin Jindan, pada tahun 2004 M. Berupa dua lembaran sisilah dan cerita singkat ini kami dapatkan dari juru kunci pada 10 Desember 2015 M/28 Shafar 1436 H.

B.  Peziarah  
    Makam Sayyid Yusuf di pulau Poteran tersebut, selama 24 jam setiap harinya tak pernah sepi oleh para peziarah, mereka datang dari berbagai belahan daerah. Rela meluangkan waktunya untuk menziarahi makam Al-Habib Sayyid Yusuf yang menjadi Wali Allah tersebut.
    Sebagian mereka, datang berombongan, membaca Surat Yasin -Tahlil bersama yang pahalanya dihadiahkan kepadanya lalu pulang. Ada pula datang secara pribadi-menginap beberapa hari.Peziarah pun tidak hanya dari Jawa Timur saja bahkan ada dari Jawa Tengah, dan tak ketinggalan pula dari luar Jawa. Mereka datang berziarah bermaksud mencari ke-berkahannya dan bertaqarrub ilallah.
    Ziaroh ke makam para Auliya’,khususnya ke Sayyid Yusuf juga meru-pakan sebagai kecintaan umumnya rombongan ziarah adalah tawassul dan bertabarruk kepada mereka.Karena ziarah kepada makam Auliya ibaratkan nyabis (Sowan) ketika mereka masih hidup, tetapi karena Sayyid Yusuf sudah wafat maka kita hanya berziarah. Danziarah meru-pakan sunnah Rasul. Sebagaimana hadits Nabi SAW :
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِى زِيَارَةِ قَبْرِ أمِّهِ فزُوْرُهَا فإنها تُذَاكِرُ الأخرةَ. 
    Dari buraidah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda :” Saya pernah melarangkalian  berziarah kubur. Tapi sekarang, Muhammad telah diberi idzin ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah ! karena perbuatan itu dapat mengingakan kamu pada akhirat. (Sunan tirmidzi, 974)

    Ibnu Hajar Al-Haitami pernah ditanya tentang ziarah ke makam para A’liya’, sebagaimana berikut :
وَسُئِلَ رَضِىَ اللهِ عَنْهُ عَنْ زِيَارَةِ قُبُوْرِ الْأَوْلِيَاءِ فِى زَمَنٍ مُعَيَّنٍ مَعَ الرِّحْلَةِ إِلَيْهَا ....فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ زِيَارَةُ قُبُوْرِ الْأَوْلِيَاءِ قُرْبَةٌ مُسْتَحَبَّةٌ وَكَذَا الرِّحْلَةُ إِلَيْهَا.
Wasuila radiyallaahu anhu an ziaratil qubuuril au;liyai fi zamanin mu’ayyanin ma’ararhlati ilaiha….fajaaba biqaulihi ziaratu qubuuril auliya qurbatun mustajaabatun wakadzarrihlatu ilaiha.
    “Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu ter-tentu dengan melakukan perjalanankhusus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnah-kan. Demikian juga perjalanan ke makam mereka.” [1]

    Mengalirnya peziarah yang tiap waktu, hari, minggu, bulan itu adalah merupakan bentuk suatu kekaromahannya yang diberikan kepadanya. Ziaroh juga merupakan sarana untuk mengingat kematian disamping mendo’akan karena hal itu dianjurkan dalam agam.dan dilarang memo-hon sesuatu kepada orang yang sudah meninggal.
    Umur dan kewafatannya seseorang adalah Allah yang menentukan, sebagaimana dengan Sayyid Yusuf, walau makam beliau ada di hutan namun akhirnya bisa menjadi ramai, itupun Allah pula yang menjaganya. Pedagangpun dapat mengais rizki berkat sang waliyullah.

C.  HAUL Sayyid Yusuf
    Menurut golongan yang mempunyai tradisi untuk mengadakan haul  adalah Selamatan untuk mengingat atau peringatan hari kewafatan yang diadakan pada setiap tahunnya. Bahwa haul adalah tradisi kuat yang berkembang sangat kuat dikalangan Nahdliyyin.
    Kata “Haul” (peringatan satu tahunan setelah kematian ) diambil dari sebuah ungkapan yang berasal dari hadits Nabi SAW. dari Al-Waqidi :
“ Nabi SAW, setiap haul (setahun sekali) berziarah kemakam Syuhada’ perang Uhud. Ketika Nabi SAW.sampai disuatu tempat bernama Sya’ab, beliau mengeraskan suaranya dan berseru :” keselamatan bagimu atas kesabaranmu, alangkah baiknya tempatmu dialam akhirat.”Abu Bakar ra.juga melakukan seperti itu, demikian juga Umar bin Khatthab ra.dan Utsman bin Affanra. (HR. Al-Baihaqi).
      Al-Habib Yusuf di Talango - Sumenep -  Madura ini diadakannya setiap tahunnya adalah tepat bulan Sya’ban minggu pertama.
      

TAMBAHAN

                     DIBACA KETIKA SAMPAI DI MAKAM
السّلام عليك  يا و لي الله .السّلا م  عليك يا.....السّلام عليك ورحمة الله وبر كاته. جئناك زائرين  و على مقامك واقفين. لااردناك اودعنا عندك شهادة ان لا اله الّا الله واشهد انّ محمّد رّسول الله . اللهمّ انّي اتوسّل بك الى ربّك لقضئ حاجتي.......

DI BACA BERSAMA KETIKA SELESAI BERDO’A
السّلام عليكم ياحضرةالمرحوم العارف بالله......السّلام عليكم يااهل الدّيار من المسلمين والمؤمنين.
السّلام عليكم يااهل القبور. انتم لنا سلف ونحن لكم تبع وانّا ان شاء الله بكم لاحقون. اسئل الله لناولكم الصحة والمعافة الدّائمة فى الدّين والدّنيا والاخرة .
الّلهم ربّ الارواح الفانية. الّلهم ربّ الاجسام الباليه. الّلهم ربّ العظام النّخرة الّتى خرجت من الدّنيا وهي مؤمنة بك الّلهم ادخل عليهم روحا منك وسلاما منّالااله لاالله وحده لاشريك له. وله الحمد يحي ويميت وهوحيّ ولا يميت بيده الخير وهو على كلّ شئ قدير.
Di baca bersama ketika ada di makam

                سلام  الله  والرحمة     عليكم ياولي الله
اتينا كم وزرناكم      وقفنا ياولي الله
سعدنا اذ لقينا كم           قصدنا ياولي الله
توسلنا كم لله        اجيبو ياولي الله
رجونا من مزايا كم        لتدعوا ياولي الله
الى الرحمن ما يرام        لدينا ياولي الله
طلبنا  وسعة  الرزق       حلالا ياولي الله
وحج البيت في الحرام        مرارا ياولي الله
وحسنا فى اختتامنا       كراما ياولي الله
عسى نرضى عسى نحضى      بقرب ياولي الله
وصلى   وسلم على        محمد ياولي الله
وحمدا  للمهيمن       وشكرا ياولي الله


[1]  Lihat dalam “Al-Fatawi Al-Kubra Al-Fiqhiyyah, juz II, hal 24.

KATA PENGANTAR



Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Puji syukur kami haturkan ke Hadlirat Allah Azza wa Jallah, dan deng-an Ma’unah-Nya sehingga kami dapat merampungkan buku berjudul RIWAYAT PENEMUAN MAKAM SAYYID YUSUF TALANGO, Dan Al-Hamdulillah dalam penulisan buku ini diberi kemudahan dan kelancaran, sungguh kami tak menduga dengan cepatnya buku ini dapat tersusun serta terselesaikan dalam sehari penuh.
    Shalawat dan salam mudah-mudahan selalu dilimpahkan kepada Tuannya para nabi dan utusan, kepada semua keluarga dan para sha-batnya, serta orang-orang yang mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.
    Dengan segenap upaya telah tercurahkan, awalnya untuk meraih ter-wujudnya buku ini, karena di tengah malam Jum’atnya terilhami dengan mimpi bahwa kami berada didepan makam Sayyid Yusuf, dan Anehnya dalam mimpi tersebut makam beliau berkumpul dengan Al-Habib Sayyid Ismail.Padahal dalam kenyataannya Makam Sayyid Yusuf adalah sen-dirian. Atas inisiatif itulah buku ini menjadi, sebagai salah satu literatur. Dan spontan saja kami melakukan penulisan riwayat Sayyid Yusuf. Tepatnya hari Jum’at Legi,28 Oktober 2016 M/27 Shafar 1437 H. Mema-ng hari-hari jauh sebelumnya penulis berencana mengadakan rombo-ngan ziaroh Wali Madura, salah satunya adalah ke Makam/Asta Sayyid Yusuf menjadi jujukannya pula. Dan itupun menjadi agenda tahunan. Lalu baru pada lima hari kemudian nyampai lagi pada 01 November 2016 M/01 Shafar 1437 ke Pulau Poteran yang terbaring jasad mulia khususnya Sayyid Yusuf.
    Tujuan tertulisnya buku ini tiada lain, sebenarnya kita sama-sama hanya ingin mengenal lebih jauh rasa ingin tahu tentang riwayatnya, alasannya karena terkadang para peziarah hanya berziarah ke makam Sayyid Yusuf setelah selelsai lalu kembali ke rombongannya, kemudian ke tempat makam lainnya. Agar supaya lebih mengerti bagaimana riwa-yat dalam penemuannya, kekeramatan makamnya (terdapat jasad yang mulia Al-Habib Sayyid Yusuf), tumbuh rindangnya tongkat Sultan Abdurrahman yang hingga kini menjadi pohon yang besar sebagai bukti sejarah yang kelam. Dan masih dinikmati pandangan yang sangat mistis tersebut.
    Dengan adanya suatu riwayat, maka seseorang dapat memetik buah dari kisah perjalanannya yang bermanfaat. Untuk itu, kami sebagai penu-lis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Juru Kunci dan pihak terkait serta atas dukungan dengan munculnya buku riwayat makam Sayyid Yusuf ini.
    Andaikan zaman dahulu, sultan Abdurrahman tidak memenuhi ekspe-disi misi dakwahnya,tentu tidak akan ditemukan makam Al-Habib, dan dengan hasrat beliau melakukan usaha mulia sehingga dengan bersa-maan itu pula beliau dilihatkan suatu keajaiban datang dari Allah SWT. Semoga Allah SWT menerima semua Amal Ibadah ASri Sultan Abdur-rahman  serta di beri terang dalam kuburnya, dan mendapat kemuliaan disisi Allah SWT.
    Dan terakhir, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin muslimat, dan semoga pula para peziarah dapat kembali berziarah ke-makam Sayyid Yusuf, serta di beri kemampuan, kesehatan, keselama-tan, rizki yang luas, barokah dan manfaat, ditambah tebalnya iman, sela-lu dalam lindungan Allah SWT dimanapun berada, diberi Khusnul Khatimah. Amiin ya Rabbal ’Aalamiin.




Probolinggo, 28 Oktober 2016 M.

RIWAYAT PENEMUAN MAKAM SAYYID YUSUF TALANGO (BAGIAN 1)




BAGIAN PERTAMA

PENEMUAN MAKAM KERAMAT

A.  Sri Sultan Abdurrahman
    Beliau adalah seorang Sultan yang berkuasa di kabupaten Sumenep dari tahun 1811–1854, putra Panembahan Somala atau Panembahan Notokusumo  Asiruddin, dan kakeknya bernama Bendara Mohammad Sa’ud (R.Tmg. Tirtonegoro Moh. Sa’ud)-Sumenep yang berkuasa pada Tahun 1750–1762 M).Bertemunya nasab  Sang Sultan antara kakek (Bendara Moh. Sa’ud) dan neneknya (Nyai Izzah) adalah satu turunan jauh keatas bertemu dengan Sayyid Ali Murtadla (Sunan Lembayung Fadal) dengan Dewi Maduratna (keturunan Raja Pajajaran (Banyak Wedi). 
    Semenjak mudanya, Sultan Abdurrahman mempunyai suatu kebiasa-an yang mulia, yang membawa manfaat bagi diri beliau dan orang ba-nyak di masa bujangannya beliau sering keluar masuk dari daerah satu ke daerah lainnya, yakni selalu berkelana atau mengembara diberbagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan. Dan kebiasaan tersebut ber-langsung sampai beliau menjadi seorang Adipati Sumenep. Terbukti dengan perjalanannya ke Pulau Bali sehingga menemukan makam Sayyid Yusuf.
   
B. Penemuan makam
    Tatkala belum menjabat sebagai Adipati di Sumenep. Maka pada tahun 1791 M/1213 H. Raja sumenep Sri Sultan Abdurrahman Pangkuta-ningrat, telah membuat suatu sejarah bahwa Beliau bersama rombongan yang diringi oleh sekian prajuritnya berangkat dari Kraton Sumenep-Madura, menyusuri beberapa daraan yang menjadi kekuasaannya ber-maksud untuk melakukan perjalanan lewat Pelabuhan Talango, bertuju-an akan berkunjung ke Kerajaan di Pulau Dewata Bali (sebagai kunju-ngan kenegaraan) dan sekaligus untuk menyebar luaskan Agama Islam disana.
    Menurut cerita bahwa diantara orang-orang di Bali adalah pelarian dari kerajaan Majapahit yang tatkala itu runtuh diserang oleh musuh, sehing-ga mereka lari menjauh dari serangan dan peperangan sehingga terpe-cah belah diantaranya berada di Sukapura-Probolinggo dan Bali.

    Seharian penuh mereka telah berjalan kaki mengintari daratan yang berjarak mil-mil,tentu capek, penat, pegal-pegal telah sama mereka rasa-kan.Dan setibanya dipelabuhan Kalianget, matahari akan mulai mere-dupkan cahayanya, sang surya rupanya akan berganti dalam peredara-nnya dengan sang rembulan, hari menandakan sore telah datang. Sementara malam telah menyambut, dengan bersamaan tibanya para prajurit. Maka Sultan dan rombongannya terpaksa bermalam disekitar pelabuhan sebagaimana tempat yang telah ditentukan. Mereka melepas-kan dari dalam kelelahannya yang tak tertahankan dengan istirahat yang panjang dalam pembaringan.
    Tak terasa, ketika waktu telah sampai larut malam menunjukkan pukul 24.00 (12 Malam), dan semua orang telah tertidur pulas serasa kecape-kan menempuh perjalanan begitu jauh, tetapi tatkala malam itu Sri Sultan Abdurrahman dikejutkan secara tiba-tiba saja melihat seberkas cahaya yang sangat terang, Dengan gelapnya malam membuat sinar memancar membiaskan dari atas langit jatuh ke bumi sebelah Timur pelabuhan/ di Pulau Poteran, desa Talango kec. Talango kab. Sumenep Madura.
    Malam yang hening, sunyi senyap, gelap gempita yang seiring beiri-ngan indahnya malam yang merdu dengan paduan suara hewan ciptaan Tuhan.Ayampun mendengkur berdzikir dan memuji kebesarannya me-nandakan tengah malam dan sebentar lagi akan lenyap, dan namun sebelumnya adzan subuh berkumandang, Setelah Sri Sultan Abdur-rahman melakukan shalat subuh berjama’ah dengan para pengikutnya, beliau langsung menceritakan tentang hal ihwal kejadian aneh yang menakjubkan apa yang dilihatnya waktu malam itu, kepada rombongan-nya.Kemudian bersegeralah mereka semua naik perahu menuju pulau tersebut untuk mencari tanda jatuhnya sinar tersebut.
    Setelah mendaratnya perahu yang ditumpangi Sultan dan rombongan-nya di Pulau Puteran, maka Sri Sultan Abdurrahman memasuki Hutan mencari-cari dimana tempat jatuhnya sinar tersebut. Beberapa lama kemudian didapatkannya tanda yang benar-benar meyakinkan seakan-akan ada Kuburan baru. Kemudian Beliau memberikan salam kepadanya dan salam Beliau-pun dibalas pula olehnya, tetapi tidak ada orang yang menampakkan diri. Hanya dengan alunan suara yang jelas terdengar.
    Selanjutnya Sri Sultan Abdurrahman menjadi penasaran dan ingin mengetahui suara tersebut maka beliau bermunajat (memohon petunjuk kehadirat Allah SWT), tiba-tiba dalam keadaan munajatnya  jatuhlah Selembar daun dikeharibaan Sultan dan setelah diambil serta diperhati-

kan daun tersebut ternyata tertuliskan dengan tulisan Arab, yang bunyinya sebagai berikut :
هذا مولانا سيد يوسف بن على بن عبد الله  الحسنى
Hadzaa Maulaana Sayyid Yusuf bin Abdullah Al-Hasan

    Selanjutnya, setelah diketahui bahwa seberkas sinar yang jatuh itu ternyata makam keramat dan ada wangsit berupa selembar daun, maka Sri Sultan Abdurrahman bersegerahlah memasang Batu Nisan pada kuburan tersebut, dengan memberi tulisan sebagaimana nama yang terdapat pada daun tersebut.Sebagai suatu tanda bahwa itu adalah makam, dan agar suatu saat jika Sri Sultan kembali lagi tidak lupa dan hilang. 

C. Menancapkan tongkat
    Setelah selesai memasang nisan dan memberi nama, Sri Sultan hendak melanjutkan perjalanannya. Namun sebelum berangkat tongkat yang menjadi teman Beliau di tancapkannya didekat Pasarean Sayyid Yusuf dengan harapan suatu saat nanti dalam perjalanannya mencari makam tersebut sepulang dari Pulau Dewata Bali cepat ditemukan dan mudah dicari, dan dengan kebesaran serta kekuasaan Allah SWT, maka tongkat tersebut hidup sampai sekarang bahkan telah menjadi pohon yang besar dan rindang,akarnya menghunjam kebawah dan melilit pada pohonnya bak mengahalau sesuatu dan tak tergoyahkan oleh tuntutan zaman.Dengan kebesaran pohon dan akarnya membuat alam sekitarnya tak dapat sembarang bertingkah atau berbuat senonoh,semakin besar pohon tersebut maka semakin anggun tampaknya, dan menambah ke-mistisannya, dan dibalik kebesarannnya seakan menyimpan sejuta ke-angkeran. Melangkah lebih jaunya masa depan, maka menjadi kokoh pula pohon tersebut menghadapi tantangan zaman.
    Ini adalah salah satu anugerah Allah SWT, yang diberikan kepada Sultan Abdurrahman yang mulia. Walaupun beliau telah tiada namun tongkatnya telah tumbuh besar masih menyisakan sejarahnya. Dan bila tongkat yang ditancapkannya mulai tahun 1213 H. terhitung sampai sekarang 2016 M,maka sudah mencapai 804 tahun, atau lebih 8 abad lamanya.
    
D. Membangun cungkup dan masjid

    Setelah beberapa lamanya Sultan Abdurrahman melakukan perjala-nannya ke Pulau Bali dalam misi menyebarkan agama islam. Sepulang-nya beliau mempunyai niat untuk membangun Pasarean Sayyid Yusuf diberi cungkup/kubah kecil.  Tetapi Kuburannya setelah di beri cungkup malah berpindah(bergeser) dengan sendirinya ke sebelah timur, dengan arti bahwa makam tersebut tidak mau diberinya cungkup. Hal itu telah dilakukan sampai dua kali, jadi usaha Sultan hanya menjadi sia-sia.
    Maka dari itu, makamnya mulai dulu tidak mau dengan pemberian cungkup (congkop), sampai sekarang makam tersebut hanya dibiarkan saja tanpa ada conkop.
    Dan selanjutnya, sekitar kurang lebih satu tahun, kemudian Sri Sultan Abdurrahman mendatangi lagi  Pasarean Sayyid Yusuf. Namun, tidak memberi kubah lagi, tetapi kali ini beliau hanya untuk membangun pendopo di sekitar makam tesebut, sebagai tempat khusus orang yang bermaksud untuk ziarah dan begitu juga Sultan sebagai hamba Allah, maka bentuk dari ketaatan beliau kepada kepada-Nya maka dibangun-nya masjid’ Jami’ diKecamatan Talango.
    Dan makam Sayyid Yusuf di Talango tersebut, pada catatan sejarah-nya belum diketahui pasti dari mana datangnya dan kapan beliau wafat berada di hutan ini, dan yang tentunya sebelum ditempati masih menjadi hutan belantara yang tak berpenghuni.